top of page

PT Rifan - Corona Menggila di Asia, Ekonomi Mulai Kena Getahnya



PT RIFAN BANDUNG - IHS Markit hari ini merilis data aktivitas manufaktur di sejumlah negara. Rilis untuk Indonesia ditunda besok karena hari ini libur memperingati Hari Kelahiran Pancasila.


Aktivitas manufaktur diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI). PMI menggunakan angka 50 sebagai titik start, jika di atas 50 maka industriawan sedang dalam fase ekspansi.

Pada Selasa, berikut perkembangan PMI manufaktur posisi Mei 2021 di beberapa negara Asia:


Dari delapan negara, tercatat enam di antaranya membukukan penurunan PMI dan hanya dua yang naik, yaitu Filipina dan Myanmar. Meski naik, aktivitas manufaktur di Filipina dan Myanmar masih berada di zona kontraksi karena di bawah 50.

Thailand dan Malaysia jadi dua negara yang membukukan koreksi PMI paling tajam, masing-masing lebih dari dua poin. Di Thailand, penurunan PMI sampai membawa ke wilayah kontraksi.


Jingnyi Pan, Economics Assosiate Director IHS Markit, menyebut gelombang ketiga serangan pandemi Covid-19 menjadi biang keladi perlambatan aktivitas manufaktur di Negeri Gajah Putih. Permintaan ekspor masih tumbuh, tetapi di dalam negeri sangat terpukul oleh pandemi.


"Dalam lima bulan pertama 2020, PMI manufaktur Thailand mengalai koreksi sampai empat kali, hanya sekali membukukan peningkatan. Pemesanan baru dan produksi (output) kembali menurun seiring gelombang serangan ketiga Covid-19 yang menghantam perekonomian.

"Permintaan internasional masih mampu meningkat pada Mei, yang mengindikasikan bahwa situasi domestik yang lebih terdampak oleh pandemi. Perusahaan lebih hati-hati dalam mendatangkan bahan baku dan merekrut karyawan baru.


Secara umum, pelaku usaha manufaktur masih pesimistis melihat kondisi hingga 12 bulan mendatang. Perkembangan vaksinasi anti-virus corona yang lambat diharapkan mampu dipercepat dalam bulan-bulan mendatang sehingga kondisi bisa membaik," papar Pan dalam keterangan tertulis


Di Malaysia, situasinya setali tiga uang. Pada pertengahan Mei, pemerintahan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin telah memperketat aktivitas dan mobilitas masyarakat untuk meredam penyebaran virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut.


Langkah ini tentu berdampak ke aspek ekonomi. Tanpa aktivitas dan mobilitas masyarakat yang lancar, 'roda' ekonomi akan bergerak lambat.


"Peningkatan kasus Covid-19 akhir-akhir ini menyebabkan gangguan di sektor manufaktur. Produksi jadi melambat. Meski ada koreksi pada Mei, tetapi dunia usaha memperkirakan aktivitas manufaktur pada kuartal II-2021 akan naik ke titik tertinggi sejak survei dilakukan pada 2012.

"Akan tetapi, kekhawatiran soal pandemi bisa melemahkan prospek pertumbuhan ekonomi.


Ekspektasi terhadap pertumbuhan ekonomi ke depan menurun seiring gelombang serangan infeksi baru. Ini mengingatkan bagwa virus corona masih menjadi risiko terhadap prospek pertumbuhan ekonomi," jelas Chris Williamson, Chief Business Economist IHS Markit, seperti dikutip dari keterangan tertulis - PT RIFAN


Sumber : cnbcindonesia.com

Comments


Featured Posts
Recent Posts
Search By Tags
Connect
  • Google+ Social Icon
  • Facebook Social Icon
  • LinkedIn Social Icon
  • Twitter Social Icon
bottom of page