top of page

PT Rifan - Awal Pekan Yang Bagus, Rupiah Menguat Ke Rp 14.350/US$


PT RIFAN BANDUNG - Nilai tukar rupiah menguat tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin, melanjutkan penguatan pada pekan lalu. Penguatan tipis rupiah menjadi awal pekan yang bagus mengingat perdagangan dihabiskan di zona merah.


Berdasarkan data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.360/US$, tetapi tidak lama rupiah langsung masuk ke zona merah. Depresiasi rupiah membengkak hingga 0,84% ke Rp 14.480/US$.


Tetapi posisi tersebut membaik, rupiah berada di level Rp 14.370/US$ melemah hanya 0,07% hingga 1 jam sebelum penutupan perdagangan.


Rupiah punya style sendiri dalam mengarungi perdagangan, bangkit di menit-menit akhir hingga akhirnya menguat. Dengan pelemahan hanya 0,07%, peluang rupiah menguat tentunya cukup besar.


Terbukti, di akhir perdagangan rupiah berbalik menguat 0,07% ke Rp 14.350/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv.


Mayoritas mata uang utama Asia memang menguat melawan dolar AS hari ini, rupiah dengan penguatan tipisnya mampu menjadi yang terbaik ke-tiga di Asia. Hingga pukul 15:10 WIB, rupiah hanya kalah dari dolar Taiwan yang menguat 0,12% dan dolar Singapura menguat 0,08%. Tetapi posisi tersebut bisa saja berubah, mengingat perdagangan di negara lain masih belum berakhir.


Pada pekan lalu, rupiah mampu menguat 0,62% ke Rp14.360/US$ sekaligus membukukan penguatan mingguan pertama dalam 5 pekan terakhir. Rupiah juga menjadi mata uang dengan kinerja terbaik ke-dua di Asia pekan lalu, hanya kalah dari yuan China yang menguat nyaris 1%.


Sentimen positif dari dalam negeri datang sejak Senin sore setelah perdagangan dalam negeri ditutup. Saat itu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengadakan konferensi per bersama. Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani menjelaskan untuk skema public goods yang sebesar Rp 397,6 triliun ini nantinya pemerintah menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) yang dijual langsung ke BI melalui skema private placement dengan bunga bunga 0% atau ditanggung 100% oleh BI.


Beban bunga bagi pemerintah untuk SBN khusus yang diterbitkan dengan private placement, untuk pemerintah 0%, untuk BI sebesar reverse repo ratenya atau ditanggung 100%," kata dia.


Sebelumnya muncul kecemasan kebijakan yang disebut "burden sharing" tersebut akan memicu kenaikan inflasi di Indonesia, sehingga real return investasi menjadi menurun.


Ahli strategi mata uang di DailyFX, Margaret Yang, sebagaimana dikutip Reuters mengatakan saat bank sentral di negara berkembang membeli obligasi pemerintahnya dengan mata uang sendiri, maka akan menciptakan inflasi.


"Bank Sentral AS (The Fed) melakukan hal yang sama, tetapi situasinya berbeda karena dolar AS adalah mata uang dunia, jadi uang tidak hanya beredar di Amerika Serikat, tetapi juga ke seluruh dunia," katanya.


Tetapi, Gubernur Perry saat itu mengatakan dampak inflasi yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut tidak besar - PT RIFAN


Sumber : cnbcindonesia.com

Featured Posts
Recent Posts
Search By Tags
Connect
  • Google+ Social Icon
  • Facebook Social Icon
  • LinkedIn Social Icon
  • Twitter Social Icon
bottom of page