top of page

PT Rifan Financindo - Ekonomi AS Amburadul Kok Wall Street Bisa Rekor



PT RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Sejak menyentuh titik terendahnya Maret silam, bursa saham Amerika Serikat (AS), atau Wall Street, terus mengalami kenaikan dan beberapa kali memecahkan rekor tertinggi, dalam 3 bulan terakhir Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) reli 14,12%, S&P 500 naik 14,32%, sedangkan Nasdaq terbang 20,65%.


Indeks Nasdaq sudah pulih dari pandemi virus corona, secara tahun berjalan, indeks yang diisi dengan konstituen perusahaan berbasis teknologi ini mampu reli 24,41%.


S&P 500 juga tidak mau kalah, indeks yang berisi konstituen perusahaan-perusahaan besar yang biasanya digunakan investor untuk menilai bursa saham secara umum berhasil terbang 5,15% secara tahun berjalan ke level tertinggi sepanjang masanya.

Akan tetapi meskipun Wall Street terus menerus reli, main street alias perekonomian secara umum terutama di AS, belum berhasil pulih ke level sebelum terjadinya virus Covid-19.


Dalam teori umum, pergerakan pasar saham biasanya selalu berhubungan dengan ekspektasi terhadap kondisi ekonomi yang cerah di masa yang akan datang. Ekpektasi tersebut membentuk keyakinan bagi investor untuk berani melakukan pembelian saham perusahaan tertentu.


Namun kenyataan yang sedang terjadi di AS tidak demikian. Ekonomi terkuat di dunia ini sedang jatuh ke dalam jurang resesi. Dalam dua kuartal berturut ekonomi paman sam mengalami kontraksi.



Produk Domestik Bruto AS terkontraksi 9,5% secara tahunan pada kuartal II. Tingkat pengangguran AS masih berada di area double digit yakni 10,2%, sebelum diserang pandemi corona tingkat penangguran di AS hanya berkisar di angka 3,5% saja.


Tragisnya, AS menjadi negara dagan jumlah penderita covid-19 terbanyak di dunia. Jumlah penderita di AS tercatat 5,7 juta kasus positif per 23 Agustus 2020.


Tentu ini menjadi tanda tanya besar: mengapa Wall Street sudah berhasil pulih di tengah masih carut marutnya rilis data perekonomian AS?

Berikut ini beberapa alernatif penjelasannya:


Pertama, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump lebih menitikberatkan pemulihan ekonomi ketimbang sektor kesehatan, sehingga investor tidak kaget dengan total pasien positif corona AS yang menjadi nomor wahid di dunia.


Fokus Trump pada pemulihan ekonomi sebab angka pengangguran 10,2% yakni 13 juta orang pengangguran per Juli tentu bukanlah kabar bagus yang bisa disampaikan ketika berkampanye.


Seperti diketahui pada bulan November mendatang AS akan mengadakan Pemilihan Umum Presiden. Trump sendiri akan bertarung melawan kandidat partai Demokrat Joe Biden. Pemulihan ekonomi secepatnya inilah yang diharapkan akan menjadi kunci kemenangannya di Pemilihan Presiden (Pilpres) AS 2020 sehingga Trump selalu menyarankan agar negara bagian membuka perekonomianya secepat mungkin.


Taipan properti tersebut seringkali mencuit mengenai pasar modal AS yang akan bullish alias beranggapan bahwa pasar modal AS akan terus naik di akun Twitter pribadinya.


Tentu saja hal ini direspons positif oleh para investor, karena mereka yakin Trump akan terus-terusan menyuntik perekonomian AS dengan berbagai macam stimulus demi melancarkan agenda pria berusia 74 tahun tersebut



Kedua, Trump melalui partai Republik juga sedang mengusahakan stimulus subsidi bagi pengangguran sebesar US$ 600/minggu yang terdampak oleh pandemi corona yang sedang dinegosiasikan bersama Partai Demokrat.


Tatkala virus nCov-19 menghancurkan perekonomian dunia, negara-negara pun berlomba menyuntikan dana stimulus sebagai penahan rasa sakit (painkiller) agar perekonomian negara mereka tidak langsung tumbang dalam sekejap.


Semakin besar jumlah dana yang disuntikan, perekonomian negara tersebut diharapkan semakin cepat pulih serta daya beli masyarakat yang penghasilanya hilang akibat pandemi daya belinya tidak turun dan tidak terlalu berdampak pada roda perekonomian karena suntikan subsidi pengangguran tambahan dari pemerintah.


"Tumbangnya aktivitas ekonomi ini memang jadi sejarah baru, tetapi begitu pula respons kebijakan global dalam memberikan bantalan untuk mengurangi dampak dan mendukung pemulihan ekonomi ketika karantina dilonggarkan," ujar perencana investasi JPMorgan Marko Kolanovic, sebagaimana dikutip CNBC International.


Seperti kita ketahui, total stimulus yang dikucurkan oleh Negara Sam ini nilainya lebih dari US$ 2 triliun dan akan tentunya angka ini akan terus bertambah.


Ketiga, pada masa awal menyerangnya pandemi, para pelaku pasar di Wall Street memang menjual saham di semua sektor karena faktor ketidakpastian mengenai efeknya terhadap perekonomian dan kinerja emiten di masa mendatang.


Akan tetapi seiring berjalannya waktu, terlihat sektor mana yang berhasil menang dan kalah melawan virus ini. Sebagaimana sudah diduga, pariwisata dan perhotelan menjadi sektor yang paling terdampak parah di tengah pandemi.


Namun, sektor lain seperti perusahaan-perusahaan berbasis teknologi seperti Amazon, Netflix, dan Zoom justru menjadi pemenang dalam pandemi ini.


Ketika warga AS dikarantina di rumah, mereka menghabiskan waktu berbelanja online di Amazon, menonton konten Netflix, dan menggunakan aplikasi Zoom untuk melakukan telekonferensi.


Rilis laporan keuangan perusahaan teknologi juga berhasil memuaskan para investor. Tercatat selama terjadinya karantina wilayah Netflix berhasil mencatatkan kenaikan jumlah pendaftaran langganan jasa Netflix sebanyak 2 kali lipat. Selanjutnya Facebook juga berhasil membukukan kenaikan laba bersih sebesar 97,9% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (YoY).


Oleh karena itu, tidak heran indeks saham Wall Street yang pertama pulih dan berhasil reli tinggi adalah Nasdaq yang sahamnya banyak diisi oleh perusahaan-perusahaan teknologi.



Keempat, bursa saham memang terkadang tidak mencerminkan perekonomian saat itu juga, akan tetapi mencerminkan bagaimana perekonomian suatu negara kedepanya.

Berhasil relinya bursa saham AS menunjukkan optimisme para pelaku pasar bahwa dalam kurang lebih satu tahun kedepan, perekonomian AS sudah akan membaik dan kembali normal.


Apalagi vaksin corona sudah hampir tiba di depan mata, seperti diketahui banyak vaksin-vaksin yang sudah mencapai ujicoba tahap ketiga seperti vaksin Astra Zeneca dan Sinovac


Bahkan baru-baru ini Vaksin asal Russia, Sputnik IV sempat mengegerkan dunia setelah Presiden Russia, Vladimir Putin menyatakan bahwa vaksin yang muncul secara tiba-tiba tersebut sudah siap untuk digunakan - PT RIFAN FINANCINDO


Sumber : cnbcindonesia.com


Featured Posts
Recent Posts
Search By Tags
Connect
  • Google+ Social Icon
  • Facebook Social Icon
  • LinkedIn Social Icon
  • Twitter Social Icon
bottom of page