top of page

PT Rifan - China Kirim Kabar Baik AS Beri Kabar Buruk, Rupiah Naik Turun




PT RIFAN BANDUNG - Nilai tukar rupiah berbalik melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) di pertengahan perdagangan Senin, setelah sempat menguat saat pembukaan pasar pagi tadi.


Kabar baik datang dari China yang menunjukkan berlanjutnya pemulihan ekonomi. Namun, pasar yang masih dipenuhi ketidakpastian jelang pemilihan presiden AS membuat rupiah tertekan.


Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,14% di Rp 14.650/US$. Sayangnya level tersebut menjadi yang terkuat bagi rupiah hingga pertengahan perdagangan.


Rupiah setelahnya melemah hingga 0,44% ke Rp 14.735/US$, sebelum berada di level Rp 14.690/US$ atau melemah 0,14% pada pukul 12:00 WIB.


Data pertumbuhan ekonomi China yang menunjukkan peningkatan membuat rupiah menguat di awal perdagangan. Pagi tadi Biro Statistik Nasional China


Pertumbuhan tersebut masih di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan pertumbuhan 5,2%, tetapi sudah cukup menunjukkan pemulihan ekonomi V-Shape saat pandemi penyakit virus corona (Covid-19) berhasil dihentikan.


Pada kuartal II-2020 lalu, ekonomi China tumbuh 3,2% YoY setelah berkontraksi (pertumbuhan negatif) 6,8% YoY di kuartal I-2020.


Meski sedang ada kabar bagus, tetapi investor masih berhati-hati masuk ke nagara emerging market seperti Indonesia, sebab pasar masih dipenuhi ketidakpastian jelang pemilihan presiden AS.


Pekan ini akan dilangsungkan debat calon presiden (capres) babak terakhir. Ada enam topik yang akan dibahas yaitu perang melawan pandemi virus corona, keluarga, ras, perubahan iklim, keamanan nasional, dan kepemimpinan.


Sejauh ini, jajak pendapat yang digelar Reuters/Ipsos masih mengunggulkan sang pesaing Joseph 'Joe' Biden untuk memenangi pilpres yang akan berlangsung pada 3 November mendatang. Dalam polling 13 Oktober, Biden memperoleh suara 43,1% sementara Trump 37,2%.


Pasar akan terus memantau perkembangan polling untuk melihat apakah ada pergeseran suara. Meski biasanya debat tidak terlalu berdampak terhadap pembentukan opini publik, sebut riset Barclays.


Kabar buruknya, stimulus fiskal di AS sepertinya tidak akan cair sebelum pilpres selesai. Hal ini tentunya membenahi sentimen pelaku pasar yang selama ini menanti tambahan stimulus. Selain itu, pemulihan ekonomi Paman Sam juga akan melambat tanpa adanya stimulus fiskal.


Lupakan stimulus fiskal, tidak akan terwujud dalam waktu dekat. Pasar sudah berekspektasi stimulus baru bisa diterapkan pada 2021, tegas Chris Weston, Head of Research Pepperstone yang berbasis di Melbourne - PT RIFAN


Sumber : cnbcindonesia.com

Featured Posts
Recent Posts
Search By Tags
Connect
  • Google+ Social Icon
  • Facebook Social Icon
  • LinkedIn Social Icon
  • Twitter Social Icon
bottom of page