top of page

Rifan Financindo Berjangka - Emas Batangan vs Saham Emiten Emas



RIFAN FINANCINDO FINANCINDO BANDUNG - Setelah menunjukkan kinerja cemerlang dalam hingga bulan Augustus lalu, harga emas dunia melempem belakangan ini. Harga emas dunia mencetak rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.072,49/troy ons, dibandingkan posisi akhir 2019 hingga ke rekor tersebut, logam mulia melesat 36,62%.


Tetapi setelahnya harga emas mulai menurun, Kamis kemarin berada di level US$ 1.810,56/troy ons, menguat 19,35% year-to-date (YtD).


Harga logam mulia di dalam negeri juga sama, emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) misalnya, mencapai rekor termahal sepanjang sejarah Rp 1.065.000/batang untuk satuan 1 gram pada 7 Agustus lalu, melesat nyaris 50% YtD. Tetapi kemarin, emas ini dijual Rp 953.000/batang, atau masih membukukan penguatan 33,66% YtD.


Pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang memicu resesi dunia, menjadi awal melesatnya harga emas. Resesi membuat pemerintah di berbagai negara menggelontorkan stimulus fiskal dan bank sentral mengeluarkan stimulus moneter yang menjadi "bahan bakar" utama emas untuk menguat. Tetapi, perkembangan vaksin virus corona membuat emas terpukul.


Perusahaan farmasi asal Amerika Serikat (AS), Pfizer dan Moderna, serta perusahaan farmasi asal Inggris AstraZeneca mengklaim vaksin buatannya sukses menangkal virus corona hingga 90% atau lebih. Ketika vaksin tersebut telah disetujui penggunaannya dan didistribusikan ke masyarakat, maka hidup perlahan akan kembali normal, roda bisnis berputar lebih cepat, dan perekonomian global segera bangkit. Alhasil, stimulus fiskal dan moneter kemungkinan tidak akan lagi digelontorkan, kalaupun digelontorkan maka nilainya kemungkinan tidak akan sebesar rencana sebelumnya.


Bahan bakar bagi emas untuk menguat pun akan berkurang, sehingga melempem belakangan ini. Meski menurun dari bulan Agustus lalu, pergerakan harga emas masih bisa dikatakan cemerlang sepanjang tahun ini.


Kenaikan harga emas tersebut tentunya juga bisa mendongkrak kinerja emiten-emiten emas di Bursa Efek Indonesia (BEI). Meski demikian pergerakan emiten emas tersebut berbeda-beda, bahkan ada yang mencatat penurunan sepanjang tahun ini.


Emiten emas pelat merah alias Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) melesat 44,05% YtD hingga Kamis kemarin. Pada perdagangan sesi I hari ini, Jumat (27/11/2020), saham ANTM naik 1,65% di Rp 1.230/saham.


Kenaikan ANTM sepanjang tahun ini jauh lebih tinggi ketimbang kenaikan harga emas batangan. Tetapi saham PT Merdeka Copper and Gold Tbk (MDKA) melesat lebih tinggi lagi. Hingga Kamis kemarin, harga saham MDKA sudah meroket 76,64% dari harga terakhir tahun 2019. Pada hari ini, MDKA juga melesat 3,97% ke Rp 1.965/saham.


Meski sudah meroket tajam, sebenarnya harga saham MDKA mencatat rekor tertinggi sepanjang masa Rp 2.120/saham pada 7 Agustus lalu, saat harga emas juga mencatat rekor. Pergerakan saham MDKA di tahun ini seirama dengan harga emas.


MDKA adalah emiten produsen emas milik Grup Saratoga yang dibangun oleh pengusaha Indonesia, Sandiaga Uno dan Edwin Soeryadjaja (anak dari pendiri Grup Astra, mendiang William Soeryadjaja).


ANTM dan MDKA menjadi 2 emiten yang kenaikan sahamnya melebihi kenaikan harga emas di tahun ini, sementara yang lainnya di bawah bahkan ada yang malah merosot.


Emiten lainnya PT Wilton Makmur Indonesia Tbk (SQMI) dan PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) membukukan kenaikan masing-masing 3,45% YtD dan 12% YtD hingga Kamis kemarin. Sementara itu, emiten PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) merosot lebih dari 17% - RIFAN FINANCINDO FINANCINDO


Sumber : cncbindonesia.com

Featured Posts
Recent Posts
Search By Tags
Connect
  • Google+ Social Icon
  • Facebook Social Icon
  • LinkedIn Social Icon
  • Twitter Social Icon
bottom of page