top of page

PT Rifan Financindo - Rupiah Loyo, Dolar KO, Duit Investor Lari Ke Emas


PT RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga melemah di perdagangan pasar spot.


Kurs tengah BI atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.171. Rupiah melemah 0,09% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Di pasar spot, rupiah mengawali hari dengan stagnasi di Rp 14.070/US$. Namun beberapa menit kemudian rupiah langsung terdepresiasi dan pada pukul 10:00 US$ 1 dibanderol Rp 14.100 di mana rupiah melemah 0,21%.


Rupiah senasib dengan mayoritas mata uang Asia lainnya, yang juga melemah di hadapan dolar AS. Sampai saat ini hanya rupee India, peso Filipina, dan baht Thailand yang masih bertahan di zona hijau.


Ada yang aneh dari pelemahan mata uang Asia. Pasalnya, dolar AS sendiri juga tidak kuat-kuat amat.


Pada pukul 09:26 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,1%. Dalam sebulan terakhir, indeks ini anjlok 2,3%.


So, ke mana larinya uang pelaku pasar? Kemungkinan ke emas. Ya, investor terlihat sedang memburu sang logam mulia, terlihat dari kenaikan harga 0,14% pada pukul 09:28 WIB.


Emas memang cukup menarik untuk dikoleksi karena harganya sudah 'murah'. Dalam sebulan terakhir, harga emas dunia di pasar spot sudah terkoreksi lebih dari 3%.

Emas adalah aset aman (safe haven) yang menjadi primadona saat ketidakpastian sedang tinggi. Kebetulan sekarang itulah yang terjadi.


Pelaku pasar (dan seluruh dunia) mencemaskan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang semakin merajalela. Per 14 Desember 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh negara mencapai 71.051.805 orang. Bertambah 574.969 orang (0,82%) dibandingkan sehari sebelumnya.


Dalam 14 hari terakhir (1-14 Desember 2020), rata-rata pasien baru bertambah 610.159 orang setiap harinya. Lebih tinggi ketimbang rerata 14 hari sebelumnya yakni 579.938 orang per hari.


AS masih menjadi negara dengan jumlah pasien positif terbanyak di dunia yaitu 15.860.675 orang per 14 Desember 2020. Menurut catatan Reuters, rata-rata pasien meninggal dunia di Negeri Paman Sam dalam tujuh hari terakhir adalah 2.462 orang per hari. Ini adalah rekor tertinggi sejak virus corona mewabah di AS. Total pasien yang tutup usia mencapai lebih dari 300.000 orang.


Tidak hanya di AS, virus corona pun 'menggila' di Eropa dan Asia. Jerman, Belanda, sampai Inggris memutuskan untuk memperketat pembatasan sosial (social distancing) mengingat ada potensi kerumunan saat perayaan Hari Natal. Sedangkan Korea Selatan memutuskan untuk melibatkan personel militer untuk ikut menegakkan protokol kesehatan.


Optimisme akan kehadiran vaksin anti-virus corona pun mulai mereda. Padahal ini adalah satu-satunya sentimen positif yang mempu mendongkrak keyakinan pelaku pasar.


"Berita soal vaksin menjadi pendorong utama penguatan pasar dalam 3-4 bulan terakhir. Pasar 100% bergantung kepada vaksin," ujar Dennis Dick, Trader di Bright Trading LLC, sebagaimana diwartakan Reuters.


Situasi ini bisa membuat investor berpikir ulang untuk masuk ke instrumen berisiko di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, rupiah wajib waspada - PT RIFAN FINANCINDO


Sumber : cnbcindonesia.com

Comments


Featured Posts
Recent Posts
Search By Tags
Connect
  • Google+ Social Icon
  • Facebook Social Icon
  • LinkedIn Social Icon
  • Twitter Social Icon
bottom of page