top of page

Rifan Financindo - Bursa Asia Sepi Karena Libur Imlek, Hang Seng Dan STI Melemah




RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Pasar saham Asia hari ini cenderung sepi karena pasar saham di beberapa negara di kawasan Asia, terutama di Asia Timur sudah berakhir pada Rabu kemarin karena adanya libur tahun baru imlek.


Di Asia Timur, hanya indeks Hang Seng Hong Kong yang masih dibuka pada hari ini, di mana indeks acuan kota administrasi China tersebut dibuka melemah 0,4%.


Sementara itu di kawasan Asia Tenggara, pasar saham masih dibuka seperti biasanya, di mana indeks STI Singapura juga dibuka melemah 0,19% dan bergerak di zona merah.


Beralih ke bursa saham Amerika Serikat (AS), tiga indeks utama berakhir variatif cenderung melemah.


Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,2% ke level 31.437,8. Sementara, S&P 500 turun tipis 0,03% ke 3.909,88, dan Nasdaq Composite juga terkoreksi 0,25% ke posisi 13.972,53.

Investor cenderung melakukan aksi ambil untung (profit taking) karena sebelumnya terjadi reli enam hari berturut-turut di bursa saham Negeri Paman Sam tersebut.


"Valuasi pasar sudah naik tinggi. Mungkin kita sudah masuk fase jenuh beli," ujar Dennis Dick, Trader di Bright Trading LLC yang berbasis di Las Vegas (AS), seperti dikutip dari Reuters.

Namun prospek pasar saham (dan aset berisiko lainnya) masih cerah. Penyebabnya adalah tren kebijakan moneter ultra-longgar yang sepertinya masih akan dilakukan oleh bank sentral.


Dalam pidato di Economic Club of New York, Ketua Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) Jerome 'Jay' Powell menegaskan bahwa butuh komitmen bersama untuk mewujudkan penciptaan lapangan kerja yang maksimal (maximum employment).


"Dengan begitu banyaknya orang yang kehilangan pekerjaan dan mungkin masih akan sulit mendapat pekerjaan selepas pandemi, mencapai maximum employment tidak hanya membutuhkan dukungan kebijakan moneter. Diperlukan komitmen nasional, dengan kontribusi dari pemerintah dan sektor swasta," tegas Powell, sebagaimana diwartakan Reuters.


Pernyataan Powell menyiratkan bahwa kebijakan moneter akomodatif sepertinya masih akan bertahan dalam waktu lama, sampai pasar tenaga kerja pulih. Saat ini lapangan kerja di Negeri Adikuasa masih sembilan juta lebih sedikit ketimbang tahun lalu.


Artinya, The Fed masih akan mempertahankan suku bunga ultra-rendah plus pembelian aset di pasat keuangan (quantitative easing) yang bernilai puluhan miliar dolar AS setiap bulannya. Likuiditas tetap akan longgar dan berlimpah, bekal untuk melanjutkan reli di pasar keuangan.

"Sentimen di pasar keuangan sangat positif. Pasar diuntungkan oleh tren suku bunga rendah dan suntikan likuiditas dari bank sentral," kata Dara White, Global Head of Emerging Markets Equity di Columbia Threadneedle Investment - RIFAN FINANCINDO


Sumber : cnbcindonesia.com

Comments


Featured Posts
Recent Posts
Search By Tags
Connect
  • Google+ Social Icon
  • Facebook Social Icon
  • LinkedIn Social Icon
  • Twitter Social Icon
bottom of page